Sejarah Bukber dan Perkembangannya Sampai Sekarang

Radea

Sejarah Bukber dan Perkembangannya Sampai Sekarang

PrimaRadio.co.id – Sejarah bukber sekarang menjadi pembahasan yang menarik. Bukber atau buka bersama adalah aktivitas yang sangat umum di bulan Ramadhan. Itu karena masyarakat biasanya berkumpul di suatu tempat untuk menjalankan buka puasa bersama.

Namun ada kondisi yang berbeda di tahun ini. Sebelumnya aktivitas buka puasa bersama sempat terhambat akibat adanya pandemi. Oleh karena itu banyak yang berharap tahun sekarang aktivitas buka puasa bisa dilakukan secara bebas.

Namun ada instruksi menarik yang dikeluarkan oleh Presiden Jokowi. Pada surat yang dikeluarkan di bulan maret tahun ini, ada larangan untuk melakukan bukber di masyarakat. Adanya keputusan tersebut jelas memunculkan pro kontra di masyarakat.

Banyak orang merasa sejarah bukber sudah melekat di Indonesia. Oleh karena itu berlebihan jika aktivitas bersejarah ini harus dihilangkan begitu saja. Ini jelas membuat rasa rindu masyarakat terhadap aktivitas tersebut akan memuncak.

Perlu diingat kalau bukber ini tidak hanya dilakukan dengan orang-orang terdekat. Bukber biasanya diadakan juga untuk teman SD hingga kuliah. Oleh karena itu tidak berlebihan jika mengatakan kalau aktivitas ini memang bisa mempererat tali silaturahmi.

Namun menarik untuk diteliti dari mana sejarah bukber ini berasal. Jika dilihat secara umum, tidak ada satupun referensi yang bisa mengungkapkan secara pasti sejarahnya. Namun banyak orang percaya kalau aktivitas ini berawal dari hadits Rasulullah SAW.

Pada hadits tersebut dijelaskan “Siapa memberi makan orang yang sedang berpuasa maka pahala yang didapat sama dengan puasa yang dilakukan orang tersebut”. Tentu orang yang berpuasa tidak mengalami pengurangan pahala sedikitpun.

Pernyataan dari Dosen Universitas Airlangga Mengenai Sejarah Bukber

Pernyataan dari Dosen Universitas Airlangga Mengenai Sejarah Bukber

Ada pernyataan menarik yang dikeluarkan oleh dosen agama Islam UNAIR Fakultas Kesehatan Masyarakat yaitu Yuly Sulistyorini S.KM., M.Kes. Menurutnya sejarah bukber sangat mungkin berkaitan dengan budaya ketimuran yang ada di Indonesia.

Ketika Islam masuk ada pertemuan antara budaya ketimuran tersebut dengan Islam. Dari sini terlihat jelas kalau bukber adalah aktivitas yang sangat kental dengan budaya ketimuran. Oleh karena itu sangat wajar ketika perkembangannya di Indonesia cukup pesat.

Pernyataan dari Yuly tidak berhenti sampai disitu. Ia juga memaparkan secara rinci fenomena bukber yang terjadi di Indonesia. Menurutnya bukber ini tidak terjadi hanya antara teman dekat saja.

Teman SD, SMP, SMA, kuliah, hingga kerja juga banyak yang menjalankannya. Ada juga penegasan kalau bukber ini bukan hanya aktivitas yang dijalankan dengan orang-orang yang berada. Penting untuk membawa kebahagiaan kepada fakir dan miskin.

Hal tersebut berpotensi membuat kenikmatan berbuka semakin terasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikeluarkan oleh Yuly. Menurutnya esensi utama kebahagiaan dari bukber adalah mengajak fakir dan miskin untuk mendapatkan makanan berbuka.

Sejarah bukber dan Islam sendiri menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu penting untuk mengikuti anjuran Islam ketika hendak bukber. Sebagai contoh, Rasulullah SAW biasanya berbuka dengan kurma basah atau disebut ruthob.

Jika tidak ada, Rasulullah SAW biasanya berbuka dengan kurma kering atau tamr. Untuk opsi terakhir jika tidak ada kurma, Rasulullah SAW biasanya berbuka dengan seteguk air.

Jangan Sampai Bukber Dipisahkan dengan Ibadah Wajib

Aktivitas bukber menjadi suatu hal yang sangat populer di masyarakat. Namun jika melihat kondisi sekarang, ada beberapa orang yang salah dalam mengartikan makna bukber ini. Perlu diingat, bukber memang kegiatan silaturahmi yang berisi banyak duka cita.

Tetapi ingat dalam kegiatan bukber tersebut ada ibadah yang tidak boleh dilewatkan. Ini memang menjadi fenomena negatif di mana banyak orang di luar sana yang melakukan bukber tetapi melupakan shalat maghrib.

Ini juga perlu menjadi perhatian terutama ketika menjalankan bukber di sebuah tempat makan. Sering kali kapasitas tempat ibadah dan orang yang berbuka timpang. Ini menjadi alasan mengapa banyak orang memutuskan untuk tidak sholat pada akhirnya.

Jika melihat pada sejarah bukber, kondisi semacam ini perlu segera diselesaikan. Namun secara keseluruhan, ada kesadaran di diri masyarakat yang perlu segera dibenahi. Memang sering ada ketimpangan antara jumlah peserta bukber dan kapasitas tempat ibadah.

Tetapi seharusnya ini tidak menjadi masalah apabila kesadaran masyarakat mengenai pentingnya ibadah wajib berada pada kondisi baik. Lagipula tidak ada alasan sulit menemukan tempat ibadah selama masih berada di Indonesia. 

Itu karena hampir setiap sudut daerah di Indonesia memiliki masjid atau musholanya sendiri. Dengan kondisi ini, masyarakat harusnya bisa memanfaatkan pusat ibadah tersebut ketika akan melakukan bukber.

Jika melihat pada sejarah bukber, kesadaran akan ibadah wajib ini perlu menjadi tanggung jawab bersama. Perlu ada kultur di mana setiap orang akan melakukan ibadah wajib bersama ketika bukber. Ini penting supaya ibadah wajib tersebut tidak sampai dilupakan.

Tiga Tradisi Bukber di Indonesia

Tiga Tradisi Bukber di Indonesia

Ada pernyataan menarik yang dikeluarkan oleh Marzuki Wahid di lama NU Online. Kandidat Doktor Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengulas mengenai tiga tradisi bukber di Indonesia. Berikut ketika tradisi tersebut.

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar