Ketahui Jumlah Kitab di Katolik dan Penjelasan Lengkapnya

Radea

Ketahui Jumlah Kitab di Katolik dan Penjelasan Lengkapnya

Jumlah kitab di Katolik saat ini sebenarnya terdiri dari 73 kitab. Dimana saat ini sudah ada Perjanjian Lama yang sebenarnya hanya terdiri dari 46 kitab dan Perjanjian Baru juga terdiri dari 27 kitab.

Baca juga: Berbagai Warna-Warna Liturgi Katolik beserta Artinya

Jadi bisa dikatakan sejarah Alkitab terdiri dari 73 buku, tidak lebih dan tidak kurang. Informasi kali ini akan membahas beberapa kitab katolik.

Ketahui Jumlah Kitab di Katolik

Ketahui Jumlah Kitab di Katolik

Perlu diketahui, ada lima buku pertama dalam kitab Katolik. Adapun lima buku tersebut, merupakan kitab inti dan pendahulu dari semua kitab Perjanjian Lama.

  1. Alkitab Orang Yahudi

Pada dasarnya, dalam sejarah Alkitab lebih dikenal oleh orang Yahudi sebagai Taurat atau Pentateukh. Selama lebih dari 2.000 tahun, Nabi Musa telah dipercaya sebagai penulis Taurat.

Oleh karena itu, kitab ini seringkali disebut kitab Nabi Musa dan referensi tentang “hukum nabi Musa” bisa ditemukan di seluruh Alkitab. Sebenarnya, tidak ada yang bisa memastikan siapa yang menulis Taurat.

Namun, sampai saat ini tidak dapat disangkal bahwa Nabi Musa juga memainkan peran yang penting dalam peristiwa-peristiwa sehingga dicatat dalam jumlah kitab di Katolik tersebut. Sebagai seorang umat Katolik, kalian harus percaya bahwa jumlah kitab di Katolik diilhami oleh Tuhan

Bahkan, sekitar 3.300 tahun yang lalu, Nabi Musa telah menempatkan beberapa kitab di dalam Tabut Perjanjian. Belakangan para nabi dan teks juga telah ditambahkan ke dalam Taurat dan membentuk kitab Perjanjian Lama. 

Sebenarnya, tidak diketahui secara pasti kapan isi kitab-kitab Perjanjian Lama tersebut telah disusun dan dianggap lengkap. Jelas bahwa kitab-kitab yang ada di Perjanjian Lama lenoj dikenal umat Katolik. Bahkan, setidaknya saat ini lebih dari 100 tahun sebelum kelahiran Kristus.

  1. Perjanjian Lama

Jumlah kitab di Katolik perjanjian Lama aslinya memang telah ditulis dalam bahasa Ibrani (Ibrani) untuk Israel, umat pilihan Allah. Namun, setelah bangsa Yahudi tersebut diusir dari tanah Palestina, kemudian menetap di tempat lain. 

Maka mereka juga akan kehilangan bahasa aslinya dan mulai berbicara terkait bahasa Yunani yang sebenarnya menjadi salah satu bahasa internasional pada saat itu. 

Hal inilah yang menjadi alasan mengapa penting untuk memberi terjemahan dari seluruh Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani. 

Pada saat itu, memang sudah ada sejumlah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal di Aleksandria. Selama masa pemerintahan Ptolemy II Philadelphus (285-246 SM), 70 atau 72 juru tulis juga telah berhasil memulai proyek.

Hal ini tentunya untuk bisa langsung menerjemahkan jumlah kitab di Katolik ke dalam bahasa Yunani. Hal ini dilakukan juga menurut tradisi enam orang dipilih.

Dimana bisa langsung mewakili masing-masing dari 12 suku Israel untuk bisa diwakili. Terjemahan ini juga sebenarnya telah dibuat sekitar 250-125 SM. 

Dikenal juga sebagai Septuaginta menurut jumlah penerjemah, yang berasal dari kata Latin untuk 70 (LXX). Buku ini juga sebenarnya sangatlah populer dan telah diakui sebagai tulisan resmi orang buangan Yahudi yang tinggal di Asia Kecil dan Mesir (kanon Aleksandria).

Bahasa Ibrani sendiri saat ini merupakan bahasa yang resmi pada saat itu dan orang Yahudi Palestina kebanyakan berbicara bahasa Aram. 

Jadi tidak heran jika Septuaginta ini merupakan salah seorang terjemahan yang biasanya akan digunakan oleh Yesus, bahkan para rasul serta para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru. 

  1. 300 Kutipan Perjanjian Lama

Faktanya, sampai saat ini sudah ada 300 kutipan Perjanjian Lama yang ditemukan dalam Perjanjian Baru berasal dari Septuaginta. Ingat juga bahwa seluruh jumlah kitab di Katolik perjanjian Baru telah ditulis dalam bahasa Yunani.

Setelah Yesus disalibkan dan mati, maka para pengikutnya tidak mati tetapi akan semakin bertambah kuat. Sekitar tahun 100 M, para rabi juga akan ikut berkumpul di Jamnia, Palestina.

Hal ini sebenarnya sebagai salah satu reaksi terhadap Gereja Katolik Roma. Pada Dewan Jamnia ini juga telah berhasil menetapkan empat kriteria untuk bisa langsung menentukan kanon kitab sucinya.

Jika dilihat berdasarkan dari kriteria di atas, tentunya sudah menerbitkan kanon baru. Hal ini sebenarnya untuk menolak ketujuh kitab kanon Aleksandria sebagaimana telah tercantum dalam Septuaginta.

Surat nabi Yeremia sebenarnya juga telah dianggap sebagai bab keenam dari Barukh. Hal ini tentunya hanya karena mereka tidak bisa langsung menemukan versi bahasa Ibrani dari jumlah kitab di Katolik yang ditolak di atas.

Gereja Katolik Mengakui Nasihat Para Rabi

Gereja Katolik Roma juga tidak terlalu mengakui nasihat ini dari para rabi Yahudi dan seringkali menggunakan Septuaginta. Di Dewan Hippo pada tahun 393 M dan di Kartago sejak tahun 397M, dimana Gereja Katolik Roma secara resmi telah menetapkan 46 kitab dari kanon Aleksandria.

Hal ini juga dijadikan sebagai salah satu kanon dari kitab-kitab Perjanjian Lama. Alexander Canon dengan suara bulatnya juga telah diadopsi oleh gereja selama 16 abad. 

Para patriark yang berasal dari gereja tersebut juga telah menyebutkan masing-masing dari tujuh kitab yang ditolak oleh Dewan Jamnia. Hal ini sebenarnya sebagai salah satu identik dengan kitab-kitab Perjanjian Lama lainnya. 

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar