Sejarah Wisata Religi Makam Ratu Ibu di Bangkalan Madura

Radea

Radea – Makam Ratu Ibu merupakan salah satu destinasi wisata religi yang ada di Kabupaten Bangkalan, Madura. Makam ini berada di Desa Baduran.

Di makam ini terdapat sumber mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat sehingga membuat tempat ini populer.

Makam Ratu Ibu (Rato Ebu) adalah makam seorang wanita bernama Syarifah Ambami. Konon, dari wanita inilah dilahirkan seorang raja-raja di Madura.

Syarifah Ambami merupakan keturunan dari Sunan Giri, Gresik yang dipersunting oleh seorang Cakraningrat I dari Madura.

Cakraningrat I memimpin pemerintahan Madura pada tahun 1624 atas perintah dari Sultan Agung Mataram.

Syarifah Ambani saat menjadi istri Cakraningrat I tinggal di Keraton Sampang, Madura.

Hasil dari pernikahan mereka lahirlah tiga orang yaitu RA Atmojonegoro, RI Undagan dan Ratu Mertoparti.

 

Syarifah Ambami merupakan sosok figur wanita yang taat dan patuh pada perintah suami.

Kendati Cakraningrat I memerintah di Madura, tetapi ia banyak menghabiskan waktunya di Mataram membantu Sultan Agung.

Syarifah Ambami merasa sedih sebab sering ditinggal ke Mataram oleh Cakraningrat I. Siang malam Syarifah menangis dan akhirnya ia pun memilih untuk bertapa di sebuah bukit di Buduran, Arosbaya, Bangkalan.

Selama pertapaan, Syarifah memohon dan berdoa agar keturunannya kelak hingga tujuh turun dapat menjadi pemimpin di Madura.

Dalam menjalani pertapaannya, ia bertemu dengan Nabi Khidir AS. Dalam pertemuan itulah Syarifah mendapat kabar bahwa doanya diterima Allah SWT.

Hati Syarifah Ambami sangat senang mendengar kabar itu dan ia pun bergegas kembali ke Sampang.

Tak berselang lama, Cakraningrat I datang dari Mataram dan Syarifah pun menceritakan soal kejadian selama dirinya menjalani pertapaan.

Mendengar cerita itu, Cakraningrat I merasa sedih sebab Syarifah hanya berdoa untuk tujuh turunan saja yang didoakan supaya bisa menjadi pemimpin di Madura.

Mengetahui bahwa sang suami kecewa, setelah Cakraningrat I kembali ke Mataram, ia pun juga kembali bertapa ke tempat sebelumnya.

Syarifah memohon agar kesalahannya itu diampuni dan terus menjalankan pertapaan. Ia pun tak henti-henti menangis menyesali kesalahannya itu.

Konon, air mata Syarifah Ambami terus mengalir hingga membanjiri sekitar tempat petapaan itu membentuk Sendang.

Sendang merupakan kolam di pegunungan yang yang dialiri air berasal dari air mata Syarifah Ambami. Air di kolam ini tidak pernah kering kendati musim kemarau panjang.

Hingga sampai saat ini, masyarakat Madura mempercayai bahwa air itu keramat.

(*)

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar