Bernapas dalam Kubur (2018) Wajib Menonton

Radea

Bernapas dalam Kubur (2018) Wajib Menonton

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) merupakan pertunjukan ulang dari film berjudul sama. Dulu, tokoh utamanya adalah sang legenda aktris horror Suzzana. Tetapi, dalam pertunjukan ini diperankan oleh Luna Maya.

Baca juga : Ulasan Rasuk (2018) yang Mampu Menembus 900 Ribu Penonton

Memang sulit untuk mengatakan tidak menontonnya, karena Rocky Soraya dan Anggi Umbara mengemasnya dalam sajian mega. Semua bumbu ikonis terasa sehingga, seperti nostalgia masa lalu, tidak sia-sia melihatnya.

Bagi generasi milenial yang belum pernah melihat atau hanya mendengar sosok Suzana hanya dari cerita. Melihat pertunjukan ini memberikan pengetahuan hingga perkenalan terbaik, mereka tidak perlu melihat film aslinya dulu.

Ulasan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018)

Ulasan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018)

Ketika sebuah pertunjukan dikerjakan ulang, beberapa orang pasti merasa pesimis karya tersebut akan seperti film aslinya. Hal tersebut juga terjadi dalam di sini, wajar saja karena judul ini ikonik.

Artinya semua orang yang pernah hidup dan melihat langsung tayangan tersebut, pasti memiliki ekspektasi tinggi. Apalagi perfilman Indonesia sudah mulai menanjak, dari semua aspek, sebuah tantangan besar.

Menariknya Rocky Soraya dan Anggi umbara tergolong sukses dalam menghadirkan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) dalam versi terbaru ini, mengapa bisa menilai demikian? Coba simak alasannya berikut,

  1. Menghadirkan Sisi Simpati

Sebuah pertunjukan akan menjadi bagus dan mendapatkan penilaian tinggi, ketika para sineas mampu menceritakan landasan dari seluruh cerita. Mulai dari permasalahan utama, mengapa kisah ini dapat bergerak maju.

Hubungan sebab dan akibat, dari awalan ini akan menanjak menuju ke puncak dan akhirnya menurun hingga menemukan solusi. Semua aspek tersebut ada, walau sangat sederhana namun mampu menghadirkan rasa simpati.

Tokoh Suzana yang hanya seorang istri, tanpa sengaja dibunuh dan mayatnya di kubur begitu saja. Merupakan sebuah narasi singkat yang mencuri hati penonton, pengemasan dramanya memang bagus.

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) membuat seluruh penonton merasa maklum dan memahami mengapa karakter tersebut berubah menjadi makhluk astral menyeramkan, hingga keinginan untuk balas dendam dapat diterima.

  1. Pengalaman Horornya Bikin Candu

Bila Anda melihat hampir semua film Suzana sebenarnya tidak memberikan kesan menakutkan. Begitu pula dengan versi terbarunya ini. Anggy memberikan pengalaman horror menggunakan cara berbeda dan itu masuk ke penonton.

Apalagi, waktu aksi pembunuhan oleh tokoh utama kepada semua penjahatnya. Hal tersebut memberikan kesan berbeda, biasa saja memang. Tetapi, adegan itu akan membekas hingga keluar dari bioskop.

Kemudian, mereka akan membicarakannya sekaligus membandingkan antara Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) dengan aslinya, apakah itu buruk? Bukan justru inilah alasan mengapa penontonnya banyak, hingga menembus jutaan.

Rasa penasaran dan membekasnya adegan pembunuhan, sehingga semua orang membicarakannya sekaligus, menjadi ajang promosi gratis. Walau sedikit mengandung spoiler tetap saja, rasa penasaran akan menguasai untuk melihatnya langsung.

Bukan hanya aksi brutal saja, Anggy juga memberikan sentuhan komedi. Penempatannya terkesan pas, pada beberapa scene memang membutuhkan relaksasi agar penonton merasa nyaman untuk terus mengikuti alurnya.

Perpaduan tersebut membekas serta memberikan dampak luar biasa. Inilah poin lebih dari Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018). Walau berangkat dari ide lama, tetapi hasilnya tetap modern sesuai tahunnya.

  1. Luna Maya Keren

Kesuksesan film ini juga tidak luput dari kesuksesan para pemain dalam memerankan tokohnya masing-masing. Untuk pertunjukan ini siapa lagi kalau bukan pemain utama, Luna Maya. Mulai dari wajahnya mirip.

Hampir seluruh adegan penonton merasa bahwa, dia bukanlah Luna Maya melainkan Suzana asli. Walau pada beberapa scene akan terlihat sosok Luna Maya, tetapi momen seperti itu sangat sedikit sekali.

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) menjadi ajang pembuktian bagi perempuan tersebut bahwa, dia belum habis. Kemampuan aktingnya masih hebat, memukau, layak untuk mendapatkan tawaran beberapa judul.

Poin utama mengapa perempuan kelahiran Denpasar tersebut berhak diberikan kredit poin tinggi adalah seluruh gaya, mimik, ekspresi, sangat mirip dengan sang legend. Bahkan, saat adegan ikonik ketika membeli sate.

Semuanya pasti menilai bahwa sosok itu bukanlah Luna Maya. Selain perempuan itu, satu kredit poin lagi diberikan kepada Herjunot Ali. Kemampuannya dalam memerankan tokoh suami memang layak mendapatkan penghargaan.

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) memberikan semua aspek agar Film tersebut masuk dalam kategori terbaik. Karena mengemas kembali karya lama menjadi baru dengan rasa sama kualitas di atas sangat sulit.

Anggy Umbara berhasil membuktikannya, sehingga layak untuk mendapatkan apresiasi setinggi-tinggi. Capaian 3 juta penonton lebih merupakan bukti, karya mereka memang layak untuk ditonton, apalagi experiencenya benar-benar luar biasa.

  1. Totalitas tanpa Batas

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (2018) melalui sistem pengerjaan totalitas tanpa batas, sehingga hasilnya memang memukau. Dari tahap pertama sudah terasa sekali serta tujuan para kru dalam menggarap film ini. 

Dengan sinematografi menawan siapa saja pasti setuju, karena hal ini membuat pertunjukan tersebut memberikan potensi kengerian berbeda. Plot dijalin menjadi cerita canggih, Rocky hingga Anggy patut diacungi jempol.

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar